Senin, 10 Oktober 2011

Strategi Pengembangan Pembelajaran IPS

Strategi Pengembangan Pembelajaran IPS

I.     Pendahuluan.

Sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah/ madrasah di Indonesia mulai tingkat SD/MI sampai SMA/Aliyah, bahkan sampai Perguruan Tinggi yang merupakan mata pelajaran/mata kuliah pokok dan mendasar, IPS memerlukan sebuah strategi pengembangan. Hal ini sangat perlu karena kompetensi dasar dari mata pelajaran IPS pada ujungnya adalah mempersiapkan para pembelajar menjadi warga negara yang baik, dalam arti taat terhadap Undang-undang dan peraturan negara.
Strategi dimaksud disini adalah usaha yang sungguh-sungguh dan terus menerus dengan menggunakan berbagai teknik, cara ataupun metode untuk mencapai suatu tujuan.
Pengembangan berarti perluasan, pertumbuhan, semakin bertambah dari segi kualitas maupun kuantitas.
Pembelajaran merupakan suatu istilah yakni proses terjadinya suatu interaksi positif antara peserta pembelajaran, dalam hal ini guru dan peserta didik, dengan sumber-sumber atau bahan ajar.
Dengan demikian, Strategi Pengembangan Pembelajaran IPS adalah usaha-usaha yang dilakukan secara sungguh-sungguh dan terus menerus dengan berbagai teknik dan metode untuk mengembangkan proses interaksi positif antara peserta pembelajaran dan sumber-sumber belajar pada mata pelajaran IPS. Untuk mengembangkan materi IPS, terlebih dahulu harus mengenal karakteristik IPS yang berbeda dengan karakteristik materi Ilmu Pengetahuan Alam ( Sains ) maupun Matematika. Meskipun IPS tidak dapat terlepas dari mata pelajaran eksakta tersebut. Salah satu karakteristik IPS adalah humaniora yakni berhubungan dengan sifat-sifat kemanusiaan yang pada praktiknya selalu berkembang dan mengalami perubahan. Untuk itu pengembangan pembelajaran IPS harus memperhatikan faktor-faktor geografi, ekonomi dan lingkungan kehidupan sosial dimana pembelajaran IPS tersebut dilakukan.
II.    Uraian
IPS ( Ilmu Pengetahuan Sosial ) merupakan integrasi dari Ilmu-Ilmu Sosial yakni geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi, antropologi, tata negara dan ilmu-ilmu sosial yang lain. Kemudian dalam penyampaian materi di lembaga pendidikan disesuaikan menurut tingkat dan jenjang peserta didik lembaga pendidikan tersebut, sehingga muncul integrasi IPS di SD/MI, fusi dan korelasi IPS di SMP/ MTs dan Sparated Approach IPS pada tingkat SMA/ MA. Juga ISD dan IBD, Kewarganegaraan pada Perguruan Tinggi.
Pembahasan Pengembangan Pembelajaran IPS pada makalah ini hanya dibatasi pada tingkat pendidikan sampai SMA secara umum dan terbatas pada proses interaksi belajar mengajar secara formal. Adapun pengembangan secara menyeluruh yang meliputi pengembangan metode pembelajaran, Pengembangan Media Pembelajaran, Pengembangan Kurikulum maupun Pengembngan materi IPS dengan PAI akan disampaikan oleh pemakalah yang lain.
        1. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran IPS
Fungsi Pembelajaran IPS adalah memberikan kompetensi ilmu-ilmu sosial  kepada peserta didik sehingga dapat menginternaliasi kedalam kehidupan masyarakat sesuai tingkat pemahaman mereka.Kompetensi tersebut berupa kompetensi ketrampilan intelektual, kompetensi ketrampilan akademik dan kompetensi ketrampilan sosial.
Sebagai contoh, pelajaran geografi berfungsi memberikan kompetensi ( kemampuan ) para pembelajar untuk mengetahui struktur kehidupan sosial masyarakat di lingkungan dimana mereka tinggal, mampu beradaptasi sesuai lingkungan geografinya tersebut sehingga pada akhirnya dapat berperilaku dan bersikap sesuai kondisi lingkungannya tersebut. Seorang yang lingkungan geografisnya pertanian mempunyai kompetensi cara menanam padi yang benar, disamping ia juga mempunyai pengetahuan tentang teori perdagangan.
Tujuan Pembelajaran IPS adalah mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang baik. Tujuan tersebut dijabarkan sebagai berikut ;
a.       Peserta didik memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungannya.
b.      Peserta didik memahami konsep-konsep dan menggunakan metode-metode ilmu-ilmu sosial untuk memecahkan masalah-masalah sosial
c.       Peserta didik mampu menggunakan model-model proses berpikir dan dapat menentukan kebijakan dan keputusan untuk memecahkan masalah yang sedang berkembang.
d.      Peserta didik memiliki perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial yang sedang berkembang sehingga mampu menganalisa secara kritis yang pada akhirnya dapat mengambil tindakan yang tepat.
       
        2. Karakteristik Pembelajaran IPS
Seperti sudah dijelaskan di atas bahwa pengertia pembelajaran IPS adalah proses interaksi positif antara pembelajar ( guru dan peserta didik ) dengan sumber dan bahan belajar IPS sehingga pembelajaran IPS tidak hanya sekedar take and give antara guru dan murid tetapi lebih luas yakni peserta didik mempunyai kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan potensinya dalam pembelajaran IPS sedangkan guru berposisi hanya sebagi fasilitator dan motivator.
Sumber-sumber dan bahan belajar tidak hanya ceramah guru  ataupun buku paket yang menjadi buku pegangan guru, tetapi semua lingkungan yang mendukung proses pembelajaran IPS. Hal ini dibuktikan dalam silabi tercantum strategi pembelajaran yang meliputi tatap muka dan pengalaman belajar. Silabi tersebut perlu dilaksanakan karena karakteristik masing-masing pelajaran berbeda-beda termasuk IPS.
IPS ( dalam hal ini termasuk kewarganegaraan ) sebagai salah satu pelajaran, mempunyai karakter yang berbeda dengan mata pelajaran yang lain. Istilah Pembelajaran IPS bebeda dengan mata pelajaran IPS. Pembelajaran IPS menyangkut segala aspek yakni proses belajar, mata pelajaran dan pembelajar ( dalam hal ini guru dan peserta didik ). Sehingga yang muncul disini guru hanya mengarahkan sedangkan peserta didik yang menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan masalah sosial.
IPS terdiri dari Ilmu-Ilmu Sosial yang mempunyai karakter yang berbeda-beda sehingga di dalam IPS akan muncul pendekatan-pendekatan yang berbeda-beda. IPS menjadi sumber acuan kejadian masa lampau ( Sejarah, Antropologi ), data masa kini tentang lingkungan dan ekonomi ( Geografi, Sosiologi, Ekonomi ), pustaka interaksi dalam kehidupan masyarakat ( Sosiologi, Tata Negara, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti ) serta futurologi ( Psikologi, Filsafat dan Agama ).
Dengan adanya perbedaan masing-masing sub pelajaran tersebut maka sistem pembelajaran beserta pengembangannya tidak dapat disamaratakan agar tidak terjadi tumpang tindih materi pembelajaran.
       
        3. Pengembangan Pembelajaran IPS.
IPS di SD/MI dibelajarkan secara integrasi, di SMP/MTs dengan fusi dan Korelasi sedangkan di SMA/MA dengan Sparated Approach. Hal ini dilakukan menyesuaikan dengan tingkat pemahaman peserta didik pada masing-masing jenjang pendidikan. Lebih jauh lagi, Kurikulum 2004 pada SD/MI pelajaran IPS ( sekarang menjadi PS/PKN ) sudah mulai diajarkan di Kelas I padahal Kurikulum sebelumnya IPS diajarkan mulai Kelas III. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik sudah mengenal bentuk bentuk interaksi sosial yang terjadi di masyarakat sejak dini.
Disamping itu, dalam pembuatan Silabus Kurikulum 2004 pada kolom Strategi pembelajaran mencakup 2 kegiatan pembelajaran yang meliputi tatap muka dan pengalaman belajar.
Tatap muka adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan mengembangkan bentuk-bentuk interaksi langsung antara guru dengan peserta didik, seperti : ceramah, diskusi, presentasi seminar di bawah bimbingan guru, ujuian blok, kuis, dan lain-lain.
Pengalaman Belajar adalah interaksi antara peserta didik dengan bahan ajar tanpa dihadiri guru. Bentuk pengalaman belajar ini dapat berada di dalam kelas maupun di luar kelas. Di dalam kelas misalnya peserta didik diberi tugas membaca di perpustakaan dan selanjutnya diminta merangkum hasilnya, belajar peta buta bersama temannya, telaah undang-undang, dan sebagainya.
Pengalaman belajar di luar kelas misalnya mengunjungi pusat pemerintahan ( Balai Desa, Kantor Kecamatan, Kantor Kabupaten ), megunjungi sentral industri daerah kemudian membuat laporan, dan lain-lain.

        4. Bentuk-Bentuk Strategi Pengembangan Pembelajaran IPS.
Pada dasarnya pengalaman belajar yang diperoleh peserta didik meliputi pengalaman kognitif, afektif dan psikomotorik Bentuk-bentuk yang merupakan Strategi Pengembangan Pembelajaran IPS adalah :
a.       Pembelajaran otentik (authentic instruction), yaitu pembelajaran yang memungkinkan peserta didik belajar dalam konteks yang bermakna, sehingga menguatkan ikatan pemikiran dan ketrampilan memecahkan masalah-masalah penting dalam kehidupan di masyarakat
b.       Pembelajaran berbasis inkuiri (inquiry based learning), yaitu memaknakan strategi pembelajaran dengan metode-metode pengetahuan alam, sehingga diperoleh pembelajaran yang bermakna.
c.       Pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), yaitu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah-masalah yang ada di dunia nyata atau di sekelilingnya sebagai konteks bsgi peserta didik untuk belajar kritis dan ketrampilan memecahkan masalah, dan untuk memperoleh konsep utama dari suatu mata pelajaran.
d.      Pembelajaran layanan (service learning), yaitu metode pembelajaran yang menggabungkan layanan masyarakat dengan struktur lembaga pendidikan untuk merefleksikan layanan, menekankan hubungan antara layanan yang dialami dan pembelajaran akademik di lembaga pendidikan.
e.       Pembelajaran berbasis kerja (work based learning), yaitu pendekatan pembelajaran yang menggunakan konteks tempat kerja, dan membahas penerapan konsep mata pelajaran di lapangan. Prinsip kegiatan pembelajaran di atas pada dasarnya adalah penekanan pada penerapan konsep mata pelajaran di lapangan, dan menggunakan masalah-masalah lapangan untuk dibahas di lembaga pendidikan.

III.  Kesimpulan

Dengan uraian yang sudah dijelaskan di atas, akhirnya kita dapat menarik kesimpulan-kesimpulan yang berhubungan dengan strategi pengembangan pembelajaran IPS yaitu :
1.      Bahwa sesuai dengan tujuan pembelajaran IPS yang ingin mempersiapkan anak didik menjadi warga negara yang baik, maka pembelajaran IPS harus berintegrasi dengan pembelajaran kewarganegaraan, budi pekerti, seni dan agama.
2.      Pengembangan pembelajaran IPS harus mencakup kompetensi 3 ranah, agar pembelajaran IPS dapat berfungsi dan mencapai tujuan pembelajaran tersebut.
3.      Bentuk-bentuk strategi yang dikembangkan dalam pembelajaran IPS harus menyesuaikan diri dengan lingkungan hidup peserta didik sehingga pembelajaran IPS tidak hanya sekedar verbalistik dan bersifat hafalan semata.
Demikian makalah yang telah kami sampaikan, selanjutnya kami mengharap kritik, saran dan masukan dari siapa saja yang berkehendak menanggapi makalah ini.


__________________







DAFTAR PUSTAKA

1.             Depatemen Agama, Dirjen Bagais, Direktorat Madrasah dan Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Umum, Pedoman Penyelenggaraan Mata Pelajaran Umum di Madrasah, Jakarta, Juni 2004
2.             Depatemen Agama, Dirjen Bagais, Kurikulum 2004 : Pedoman Umum Pengembangan Silabus Madrasah Ibtidaiyah, Jakarta,2004
3.             Depatemen Agama, Dirjen Bagais, Kurikulum 2004 : Pedoman Khusus Pengetahuan Sosial dan Kewarganegaraan Madrasah Ibtidaiyah, Jakarta 2004.
Dr. E. Mulyasa, M.Pd, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan Implementasi, PT Remaja Rosdakarya, Bandung 2003.

Pendekatan Arkeologi Dalam Studi Islam

Pendekatan Arkeologi dalam Studi Islam


Dalam studi Islam kita kenal berbagai macam pendekatan antara lain pendekatan teologis normatif, pendekatan antropologis, pendekatan sosiologis, pendekatan filosofis, pendekatan psikologis, pendekatan historis, dan pendekatan kebudayaan. Berbagai pendekatan tersebut diperlukan agar kehadiran Islam secara fungsional dapat dirasakan. Dalam hal ini penulis mencoba mencari referensi lain dari pendekatan Islam yang belum banyak tersentuh dalam pembahasan metodologi studi Islam, yakni pendekatan arkeologi. Alasan penulis membahas judul tersebut karena studi Islam pada salah satu sisi adalah studi budaya yang menyangkut pula benda-benda material peninggalan kebudayaan Islam masa lalu.
Pendekatan arkeologi berbeda dengan pendekatan historis, antropologi maupun sosial budaya, meskipun dalam praktiknya arkeologi bersentuhan dengan ilmu-ilmu humaniora tersebut. Alasan lain yang mendasari mengapa pendekatan arkeologi diperlukan dalam studi Islam karena arkeologi, dengan metode dan teknik operasionalnya dapat memasuki rentang waktu paling kuno, sekitar 3,5 juta tahun lalu.

1. Pengertian
Arkeologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari benda-benda purbakala sebagai peninggalan sejarah. Sehingga arkeologi merupakan ilmu bantu sejarah yang mengungkap masa lampau melalui benda-benda material. Jadi sasaran dari arkeologi adalah benda-benda material yang berupa artefak dan situs yang digunakan untuk merekonstruksi sejarah umat manusia.
Dalam kaitannya dengan studi Islam, maka arkeologi sebagai satu disiplin ilmu digunakan untuk merekonstruksi perkembangan Islam di suatu tempat melalui benda-benda artefak maupun situs peninggalan Islam sehingga memahami Islam di suatu tempat tersebut pada masa lampau. Hal tersebut dilakukan agar generasi mendatang dapat memahami Islam dengan bukti-bukti benda material. Dengan demikian akan muncul Arkeo-Islamologi atau Arkeologi Islam* yakni hubungan antara srtudi Islam dengan Arkeologi dan ilmu-ilmu bantu arkeologi.

2. Prinsip-Prinsip dalam Pendekatan Arkeologi Islam
                      Menggali sisa-sisa peninggalan manusia di masa lampau. Itulah ciri utama sebuah pendekatan arkeologi.Apakah perbedaan pendekatan historis dengan arkeologis?
                      Pada hakekatnya pendekatan arkeologi Islam tidak dapat terlepas dari pendekatan sejarah kebudayaan Islam. Perbedaan yang jelas terletak pada data sebagai sumber pengkajian. Data pada ilmu sejarah adalah sumber tertulis, termasuk wawancara, sedangkan data arkeologi lebih banyak memberikan perhatian pada benda – benda budaya material (material culture ) baik pada tingkat observasi, deskripsi, maupun eksplanasi.
                      Melalui prinsip-prinsip arkeologi dan ilmu-ilmu bantunya, kajian tentang Islam dapat direkonstruksi sejak pra-Kerasulan, masa Kerasulan dan pasca Kerasulan Nabi Muhammad SAW. Dan secara lebih luas dapat mengaitkan titik temporal yang berkaitan dengan Islam misalnya: orang Islam, dunia Islam, domain Islam, negara Islam dan lain-lain ke dalam suatu tata urutan tertentu.
                      Sebagai satu disiplin ilmu arkeologi sebagai salah satu pendekatan dalam studi Islam tidak dapat terlepas dari ilmu-ilmu lain. Misalnya :
Arkeologi Islam       dengan          Epigrafi                                Studi Prasasti
Arkeologi Islam       dengan          Filologi                                 Studi Naskah Kuno
Arkeologi Islam       dengan          Arsitektur                             Bangunan sakral
Arkeologi Islam       dengan          Antropologi                          Kebudayaan
Arkeologi Islam       dengan          Sosiologi                              Sejarah Pesantren

3. Komentar.
                      Sebagai salah satu pendekatan dalam studi Islam, arkeologi Islam bisa jadi merupakan pendekatan tersendiri di luar pendekatan historis.
                      Hal tersebut mengingat bahwa kajian Islam tidak hanya dilihat dari aspek yang mendasar ajaran Islam tetapi juga dari aspek budaya termasuk studi benda-benda materiil misalnya: naskah asli al-Quran, arsitektur masjid, mata uang, makam dan tempat sakral, pakaian kebesaran, dan lain-lain.
                      Untuk kasus-kasus di Indonesia dapat dipahami hal-hal sebagai berikut :
a.      Perubahan-perubahan budaya dalam masa sosialisasi Islam di Indonesia.
b. Pengaruh arsitektur kuburan dari tradisi prasejarah dalam masa pertumbuhan Islam di Indonesia
c.       Anasir Hindu-Islam dalam arsitektur peribadatan Islam di Indonesia
d.      Fase-fase perkembangan kaligrafi Islam di Indonesia
e.      Kronologi kota-kota Islam di pesisir utara Jawa , Sumatera dan sebagainya.

(Dirangkum dari, Menemukan Peradaban, Jejak Arkeologis dan Historis Islam Indonesia, Prof. DR. Hasan Muarif Ambari,PT Logos Wacana Ilmu , Jakarta, Februari 2001.)


* Prof.DR. Hasan Muarif Ambari, Menemukan Peradaban, Jejak Arkeologis dan Historis Islam di Indonesia, Logos, Jakarta Desember 1998, hal.: 6.

Rabu, 05 Oktober 2011

Nyanyian Letih

Seperti tak pernah berakhir
gemericik nyanyian air disela bebatuan
memberikan harapan panen melimpah
untuk si buah hati
musim ini

Ternyata telah letih
setelah berhari-hari
menunggu tiba
gemuruh hujan

Kekeringan ini begitu menyesakkan dada
memenuhi rongga-rongga hati
meletupkan bara yang lama terpendam
hingga mengalir menerjang tatanan yang selama ini damai

Ini bukan cobaan, bukan pula bencana
ini adalah buah perilaku kita
kapan kita hentikan?