MOTIVASI BERAGAMA
I Pendahuluan
Sesuai dengan
fitrahnya bahwa manusia mempunyai kecenderungan mengabdi kepada Sang Pencipta.
Dengan kecenderungannya tersebut dia akan mencari jalan untuk dapat menunjukkan
pengabdiannya tersebut melalui beragama. Karena satu-satunya cara agar
penghambaannya sampai kepada sang Pencipta adalah melalui beragama.
Manusia
mengenal agama sejak ia mulai berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya yakni
lingkungan keluarga, dimana kedua orang tuanya yang mengajarkan tentang keagamaan.
Sejalan dengan perkembangan jiwa, ia mulai merasakan dorongan-dorongan lain
yang berkaitan tentang proses keberagamaannya. Artinya dorongan tersebut tidak
lagi hanya sekedar karena orang tua tetapi karena hal-hal di luar itu. Proses
perubahan dorongan dari faktor keluarga ke faktor lainnya antara seseorang yang
satu dengan yang lainnya berbeda. Ada yang prosesnya secara bergejolak, ada
pula yang perubahan itu berjalan tanpa disadari. Dorongan untuk memeluk satu
agama inilah yang disebut dengan motivasi beragama.
Motivasi
beragama sesorang dipengaruhi oleh berbagai faktor intern dalam diri manusia
itu sendiri dan faktor ekstern di luar diri manusia. Beragama apapun tidak
dapat terlepas dari motivasi tertentu, meskipun pada satu tingkatan kualitas
beragama sesorang, motivasi tersebut tidak lagi menjadi satu-satunya alasan
seseorang untuk memeluk satu agama.
II. Motivasi Beragama.
Dalam
Psikologi dikenal istilah motivasi. Secara umum motivasi diartikan sebagai
dorongan untuk melakukan sesuatu. Menurut Bimo Walgito, motivasi merupakan
keadaan dalam diri individu atau organisme yang mendorong perilaku ke arah
tujuan.
Selanjutnya dikatakan bahwa
motivasi mempunyai 3 aspek yaitu keadaan terdorong dalam diri organisme,
perilaku yang timbul dan terarah karena keadaan ini, dan tujuan yang akan
dicapai oleh pelaku.
Dalam Psikologi istilah motif dan
motivasi sering menimbulkan perbedaan pemahaman. Dalam penggunaan istilah motif
terkadang berbeda dengan motivasi. Tetapi dapat pula motif dan motivasi itu
digunakan secara bersamaan dan dalam makna yang sama, hal ini disebabkan
pengertian motif dan motivasi keduanya sukar dibedakan secara tegas.
Motif adalah sesuatu yang ada dalam
diri seseorang yang mendorong orang terebut untuk bersikap dan bertindak guna
mencapai tujuan tertentu. Motif dapat berupa kebutuhan dan cita-cita yang
merupakan tahap awal dari proses motivasi sehingga masih merupakan suatu
kondisi intern atau kesiapsiagaan. Motif tidak selamanya aktif, hanya pada saat
tertentu saja apabila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat mendesak.
Motivasi, menurut M.Utsman Najati,
adalah kekuatan penggerak yang membangkitkan aktifitas pada mahluk hidup, dan
menimbulkan tingkah laku serta mengarahkannya menuju tujuan tertentu.
Menurut Syeikh Mahmud Shalthut,
Agama didefinisikan sebagai pranata ke-Tuhanan, sehingga beragama diartikan
sebagai menerima pranata ke- Tuhanan yakni mengakui atau meyakini adanya Tuhan
. Selanjutnya menurut Joachim Wach, beragama adalah respons terhadap sesuatu
yang diyakini sebagai Realitas Mutlak, kemudian diungkapkan dalam bentuk
pemikiran, perbuatan, dan komunitas kelompok.
Dengan demikian motivasi beragama
dapat diartikan sebagai kekuatan yang menggerakkan seseorang untuk merespon
pranata ke-Tuhanan, sehingga seseorang tersebut mampu mengungkapkan dalam
bentuk pemikiran, perbuatan dan komunitas kelompok.
III.
Macam-Macam Motivasi Beragama
Motivasi beragama sangat berkaitan
langsung dengan perjalanan rokhani seseorang untuk mencari keridhaan Allah.
Secara garis besar motivasi beragama dibagi menjadi dua:
1.
Motivasi
intrinsik.
Ialah motivasi yang berasal dari diri seseorang tanpa dirangsang
dari luar. Dalam beragama seseorang merespon ajaran (Islam) melalui pemahaman
yang mendalam lewat kitab suci (al-Quran) dan Hadits untuk mendapatkan kebenaran
yang haqiqi setelah melalui perjalanan rokhani yang panjang. Motivasi intrinsik
ini sering diperoleh oleh para muallaf sehingga sehingga dia yakin tentang
kebenaran Islam.
2.
Motivasi
ekstrinsik
Ialah motivasi yang datang karena adanya perangsangan dari luar.
Seseorang beragama (Islam) karena memang dari keturunan dan atau lingkungannya
memilih Islam. Ataupun juga dipengaruhi oleh hal-hal lain di luar dari nilai
yang terkandung dalam ajaran (Islam) itu sendiri. Motivasi ini terdapat pada
masyarakat secara umum termasuk kita sendiri.
Kedua macam motivasi tersebut pada
tahap-tahap awal seseorang beragama sangat diperlukan. Kelanjutannya perlu mendapat pembinaan agar
tujuan mencapai ridha Allah benar-benar terwujud. Pada akhirnya nanti seseorang
beragama (Islam) benar-benar bersih dari bentuk-bentuk motivasi yang jahat.
Sehingga tidak ada lagi agama (Islam) dijadikan dasar legalisasi penghancuran
terhadap yang tidak beragama (Islam).
Pada kenyataannya motivasi beragama
(Islam) merupakan motif azasi yang dimiliki setiap manusia sejak dia
dilahirkan, yakni yang disebut dengan fitrah.”Maka hadapkanlah wajahmu
dengan lurus kepada agama (Allah); (tetapkan atas) fitrah Allah yang telah
menciptakan manusia menurut fitrahnya itu. Tidak ada perubahan pada fitrah
Allah. (itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
Fitrah
sebagai motivasi azasi manusia sering diartikan sebagai naluri yang manusiawi,
yaitu naluri yang hanya dimiliki oleh manusia yang berbeda dengan naluri-naluri
hewan, karena menyangkut faktor rokhaniah.
IV.
Faktor-Faktor Motivasi Beragama
Dikatakan sebagai
faktor-faktor motivasi beragama adalah faktor-faktor yang mempengaruhi
seseorang sehingga ia mempunyai dorongan untuk beragama. Faktor-faktor ini
terdiri dari ;
1.
Faktor internal
Dimaksud faktor internal adalah faktor dari dalam manusia itu
sendiri yang mempengaruhi motivasi beragama seseorang. Faktor internal
dijelaskan dalam salah satu hadits yang menerangkan bahwa hidup manusia
dipengaruhi oleh hawahu, butunahu, furujahu, yakni atas perut, perut dan bawah
perut. Hal ini sejalan dengan teori libido Sigmund Freud. Dalam falsafah Jawa
dikenal harta, tahta, wanita.
2.
Faktor
eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang mempengaruhi motivasi beragama
yang berasal dari luar manusia itu sendiri. Faktor-faktor tersebut meliputi;
lawan jenis, keturunan, harta benda berharga, transportasi, peternakan dan
pertanian.
Kedua faktor tersebut sangat
mempengaruhi motivasi beragama seseorang. Sehingga seperti yang saya tulis di
atas bahwa dalam beragama harus bersih dari motivasi jahat maka dimaksud
motivasi jahat adalah motivasi yang dipengaruhi oleh faktor-faktor di atas.
Motivasi beragama merupakan salah
satu unsur pokok manusia dalam berbuat. Melihat struktur manusia yang terdiri
unsur fisik dan psikis, maka pembagian
motivasi ada dua yakni motivasi fisik dan motivasi psikis atau spiritual yang termasuk di dalamnya adalah motivasi
beragama. Tokoh-tokoh psikologi yang menyebutkan motivasi spiritual antara
lain:
W.A Gerungan, yang menyebutkan motivasi
biogentis, motivasi sosiogenetis, dan motivasi teognetis;
Lindzy mengungkapkan tentang dorongan
aspek spiritual dalam diri manusia yang meliputi dorongan untuk beragama,
kebenaran dan keadilan, benci terhadap kejahatan, kebatilan dan kezaliman;
Maslow juga berpendapat bahwa kebutuhan
spiritual manusia merupakan kebutuhan alami dimana integritas perkembangan dan
kematangan kepribadian individu sangat tergantung pada pemenuhan kebutuhan
tersebut.
V.
Kesimpulan
Sejalan dengan pertumbuhan
fisik dan perkembangan psikis manusia dalam memenuhi kebutuhan keduanya sangat
diperlukan adanya motivasi. Begitu pula dalam beragama, yang merupakan
kebutuhan psikis manusia, motivasi sangat diperlukan yang tujuannya justru
membersihkan manusia dalam beragama dari faktor faktor yang jahat.
Untuk menumbuhkan motivasi
beragama yang bersih salah satu metode yang dapat dipakai misalnya metode Tombo
Ati yang terdiri dari lima pelaksanaan, yakni:
1.
Membaca
al-Quran dan memahami maknanya;
2.
Menegakkan
Qiyamul Lail;
3.
Bergaul
dan berdiskusi dengan para ulama dancendekiawan;
4.
Melaksanakan
puasa-puasa sunnah;
5.
Melanggengkan
dzikir setiap saat
Dengan
mencapai tataran tersebut maka tujuan hidup manusia untuk memperoleh keridhaan
Allah, mudah-mudahan dapat tercapai.
e
Daftar Pustaka
1.
Al-Quran
dan Terjemahannya, Departemen Agama, Jakarta 1999.
2.
Pengantar
Psikologi Umum, Bimo Walgito, Andi, Yogjakarta 2002
3.
Psikologi
Suatu Pengantar (Dalam Perspektif Islam), Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul
Wahab, Prenata Media, Jakarta 2004.
4.
Ilmu Islam
Terapan, Prof.Dr.H.Muslim A. Kadir, M.A, Pustaka Pelajar, Yogjakarta,2003