Kamis, 19 Januari 2012

Manajemen Pendidikan


A. Latar Belakang Masalah


            Sampai saat ini pandangan masyarakat masih menganggap Madrasah Ibtidaiyah sebagai lembaga pendidikan kelas dua yang kusut, lusuh, amburadul, dan sejenisnya, yang pada pokoknya tidak terselenggara dengan manajemen yang professional. Meskipun ada beberapa MI yang kualitas maupun kuantitasnya lebih unggul dibandingkan dengan lembaga pendidikan dasar sejenis, hal itu tidak menghilangkan anggapan bahwa MI adalah pendidikan yang dilaksanakan tanpa menggunakan manajemen yang jelas.

            Kesan masyarakat yang demikian tidak terlepas dari keberadaan MI yang sebagian besar berstatus swasta. Di Kudus sendiri dari sekian ratus MI hanya satu yang MIN. Itu pun tidak dapat menjadi satu-satunya alternatif pendidikan dasar yang berkualitas. Keadaan yang demikian, untuk tahun-tahun ini dan mendatang, makin parah dengan munculnya lembaga-lembaga pendidikan dasar swasta lain yang dikelola dengan manajemen yang hebat dan sistem pendidikan Islam terrpadu yang secara tidak langsung mempengaruhi keberadaan MI swasta yang sudah sekian tahun beroperasi dan sekian ratus meluluskan siswanya.
           
            Kurangnya profesionalisme dalam manajemen di MI disebabkan berbagai factor yakni:
a.       Masukan peserta didik yang kurang selektif terutama menyangkut usia dan kematangan siswa. Pihak madrasah mau menerima siswa yang usianya belum mencukupi untuk pendidikan tingkat dasar dengan alasan takut tidak mendapatkan siswa;
b.      Proses belajar mengajar yang tidak berjalan sesuai prinsip-prinsip pembelajaran karena sebagian besar tenaga pengajarnya bukan berlatar belakang pendidikan keguruan;
c.       Sarana dan prasarana pendidikan MI yang ala kadarnya. Bagaimana dapat berkualitas jika sarana pendidikan seperti Laboratorium IPA dan Bahasa, Teknlogi informasi, sarana olah raga dan kesenian tidak tersedia secara lengkap;
d.      Sumber daya manusia yang meliputi guru, pengurus MI, Komite MI maupun masyarakat sekitar yang tidak profesionalisme dalam mengelola dan menggunakan sarana dan prasarana pendidikan;
e.       Lulusan yang kurang memenuhi harapan masyarakat dikarenakan tidak terpenuhinya unsur-unsur di atas sehingga lulusan MI tidak mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang menginginkan nilai lebih seperti slogan MI sebagai penyelenggara pendidikan dasar plus.

B. Setting Madrasah Ibtidaiyah : MI NU Matholiul Huda Hadipolo.

            MI NU Matholiul Huda Hadipolo adalah satu-satunya madrasah ibtidaiyah di desa Hadipolo dan salah satu dari 11 madrasah ibtidaiyah di Kecamatan Jekulo Kudus. Penggunaan NU di belakang MI menunjukkan bahwa madrasah ini dikelola di bawah naungan organisasi keagamaan Nahdlatul Ulama, dalam hal ini oleh Lembaga Pendidikan Maarif NU Kudus. Dengan adanya penggunaan NU ini, Pengurus Madrasah berstatus sebagai Badan Pelaksana Pendidikan Maarif NU. Istilah ini baru dilaksanakan sekitar tahun 2001 dan mungkin hanya LP Maarif Kudus yang melakukan hal ini. Meskipun demikian dalam pelaksanaan pendidikan masih di bawah koordinasi Kantor Departemen Agama Kabupaten Kudus dan bekerja sama juga dengan UPTD Pendidikan Kecamatan Jekulo.
           
            Karena dikelola oleh Departemen Agama, maka anggaran untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar sangat terbatas. Memang dalam skala nasional MI diperlakukan sama dengan SD dengan adanya BOS, BKM, penggunaan kurikulum, tetapi di tingkat daerah ( pemkab dan pemprov ) ada perbedaan terutama sarana dan prasarana pendidikan, dengan alasan otonomi daerah. Seperti yang baru-baru ini terjadi untuk bantuan biaya ujian sekolah tahun 2006. Jika SD mendapat bantuan dari Pemkab Rp10.000,00 per siswa peserta UAS, MI hanya mendapat Rp2.000,00 per peserta UAS, padahal tahun 2005 baik SD maupun MI mendapat bantuan yang sama. Bahkan untuk tingkat Pemprov untuk tahun ini MI tidak mendapat bantuan biaya UAS.

            Berdirinya MI NU Matholiul Huda Hadipolo tidak didukung oleh perencanaan yang matang dan profesionalisme yang tinggi, tetapi hanya sekedar daripada siswa RA desa Hadipolo yang sudah lebih dulu berdiri, tidak tersalurkan. Dan yang lebih tragis lagi, pengelolaan MI dilakukan menggunakan manajemen madrasah diniyah yang sederhana. Hal ini terjadi karena pendiri atau pengurus MI ini tidak professional di bidangnya. Artinya tidak memahami karakteristik pendidikan MI yang berbeda dengan madrasah diniyah. Semuanya pukul rata dianggap sama.

            Akibatnya, setelah 18 tahun berdiri MI NU Matholiul Huda tidak dapat berkembang, bahkan mengalami penurunan kuantitas jumlah siswa dan kualitas lulusan yang stagnan. Memang usia 18 tahun bagi MI NU Matholiul Huda masih tergolong muda, karena SD di sekitarnya sudah berusia di atas 25 tahun. Begitu pula dengan MI yang lain yang rata-rata sudah di atas 20 tahun.

            Sebenarnya dilihat dari letaknya MI NU Matholiul Huda berada di tengah- tengah masyarakat Bareng Hadipolo, tetapi kecenderungan masyarakat untuk menyekolahkan anaknya ke MI sangat kecil. Alasan yang mendasar adalah biaya mahal, sarana yang minim, rendahnya profesionalisme tenaga pendidiknya dan kurang bermutunya lulusan yang dihasilkan ( tidak diterima di SMP favorit, meskipun tidak sedikit siswa SD yang juga tidak diterima di SMP favorit ).

C. Analisis SWOT di MI NU Matholiul Huda Hadipolo


            Tujuan analisis SWOT adalah untuk menginventarisir berbagai sumber daya yang ada baik internal maupun eksternal yang dapat mendukung atau mungkin juga menghambat pelaksanaan pendidikan di MI NU Matholiul Huda Hadipolo sehingga dapat mengambil langkah-langkah strategis dan keputusan yang harus dilakukan. Sumber-sumber daya yang dianalisis adalah : 1) sumber daya manusia, 2) sumber daya sarana dan prasarana, 3) sumber daya lingkungan, dan 4) sumber daya finansial.


            1. Analisis SWOT sumber daya manusia
KEKUATAN ( S )
KELEMAHAN ( W )
²  90% gurunya berkemampuan mengajar dengan efektif
²  70% gurunya merupakan putra daerah yang mempunyai komitmen terhadap tugas pendidikan MI
²  80% lebih guru-gurunya mampu melaksanakan tugas dengan baik
²  Adanya RA sebagai sumber masukan siswa MI yang cukup
²  Lebih dari 60% gurunya bukan lulusan lembaga pendidikan keguruan
²  Lebih dari 75% gurunya mengajar tidak sesuai latar belakang pendidikan
²  Kurangnya guru dpk.
²  Tidak mempunyai tenaga administrasi yang profesional
²  Murid RA yang melanjutkan ke MI hanya sekitar 75%
PELUANG ( O )
ANCAMAN ( T )
²  Ada beberapa guru yang ingin melanjutkan studi ke S1
²  Ada guru yang mempunyai kewibawaan cukup tinggi
²  Ada kemitraan dengan MI yang lain dan SD di sekitar
²  Ada pembinaan dari Depag dan LP Maarif Kab. Kudus
²  Ada guru yang apatis, kurang professional, tidak disiplin, dan tidak mempunyai kewibawaan
²  Adanya siswa yang kurang yang dapat mempengaruhi siswa lain
²  Adanya siswa yang mutasi ke SD apabila tidak naik kelas
²  Banyaknya siswa yang kurang umur yang berpengaruh pada proses pembelajaran

            2. Analisis SWOT sumber daya sarana dan prasarana
KEKUATAN ( S )
KELEMAHAN ( W )
²  Lokasi MI yang berada di tempat yang tenang dan aman serta dalam kompleks masjid
²  Adanya ruang kelas yang cukup, ruang Ka MI dan guru, UKS dan Perpustakaan
²  Perlengkapan kantor dan fasilitas KBM yang cukup
²  Bahan-bahan pustaka yang cukup
²  Keadaan gedung yang cukup baik dan bersih
²  Tidak tersedia lapangan olah raga yang cukup memadai
²  Ukuran ruangan kelas yang tidak memenuhi standar
²  Kurangnya sarana pendukung proses belajar mengajar
²  Sangat minimnya alat peraga pendidikan
²  Belum adanya kepastian hukum yang tetap terhadap status tanah waqaf
PELUANG ( O )
ANCAMAN ( T )
²  Ada peluang untuk sertifikat tanah waqaf untuk MI
²  Ada peluang untuk menambah sarana pendukung pembelajaran
²  Mudah menggunakan lapangan olah raga sekitar MI
²  Rawan banjir dan rawan kehilangan
²  Lokasi yang dekat sungai dan pohon bambu rawan retak
²  Tidak adanya tenaga perawatan/ pemeliharaan

            3. Analisis SWOT sumber daya lingkungan
KEKUATAN ( S )
KELEMAHAN ( W )
²  Lingkungan alam nyaman, bebas polusi, bising, ketakutan
²  Hubungan dengan masyarakat sekitar, pengurus MI, aparat desa baik
²  Lingkungan budaya yang religius
²  Lingkungan sekitar yang tidak tertata, tidak berpagar, berlumpur jika hujan
²  Masyarakat yang kurang memahami pendidikan dasar
²  Masyarakat kaum buruh industri yang ekonominya pas-pasan
²  Dukungan yang sangat rendah dari aparat desa
PELUANG ( O )
ANCAMAN ( T )
²  Dekat dengan lingkungan perumahan
²  Simpati masyarakat yang bertambah
²  Manajemen pengurus MI yang makin meningkat
²  Kebanjiran, perilaku masyarakat yang tidak terpuji, pandangan yang negatif terhadap keberadaan MI
²  Adanya pengurus yang tidak memahami karakteristik madrasah ibtidaiyah
²  Adanya konflik internal dalam pengurus MI
²  Adanya konflik politik pada masyarakat sekitar
           
            4. Analisis SWOT sumber daya Keuangan

KEKUATAN ( S )
KELEMAHAN ( W )
²  Adanya dana BOS yang cukup
²  Adanya sumber dana lain yang dikelola oleh madrasah
²  Adanya dana Bantuan Khusus Guru dari pemerintah pusat, Pemprov Jawa Tengah, dan Pemkab Kudus
²  Adanya donatur insidensil
²  Siswa tidak membayar iuran bulanan karena ada BOS
²  Dana dari Pengurus tidak ada
²  Tidak mempunyai donatur tetap
²  Sepenuhnya mengandalkan dana BOS untuk operasional MI
PELUANG ( O )
ANCAMAN ( T )
²  Ada peluang sumbangan sukarela rutin dari siswa
²  Ada usaha untuk menambah dana dari sektor lain
²  Ada peluang sumber dana dari donatur tetap dan Pengurus MI
²  Dana BOS yang mungkin dihentikan
²  Mustahil meminta iuran bulanan siswa sebesar dana BOS jika dana BOS dihentikan
²  Anggapan orang tua murid bahwa BOS identik dengan sekolah gratis sehingga kesulitan mencari sumber dana yang lain


D. Penentuan Strategi

            Setelah dilakukan analisis SWOT di atas maka sebagai Kepala MI NU Matholiul Huda harus menentukan strategi dalam rangka pelaksanaan pendidikan di MI NU Matholiul Huda Hadipolo. Maka strategi yang dipakai adalah Strategi Diversifikasi (ST) yakni menggunakan Kekuatan ( S ) untuk memanfaatkan Peluang ( O ) jangka panjang untuk mengatasi Ancaman (T )
KEKUATAN
PELUANG JANGKA PANJANG
MENGATASI ANCAMAN
²  90% gurunya berkemampuan mengajar dengan efektif
²  70% gurunya merupakan putra daerah yang mempunyai komitmen terhadap tugas pendidikan MI
²  80% lebih guru-gurunya mampu melaksanakan tugas dengan baik

²  Adanya RA sebagai sumber masukan siswa MI yang cukup








²  Lokasi MI yang berada di tempat yang tenang dan aman serta dalam kompleks masjid
²  Adanya ruang kelas yang cukup, ruang Ka MI dan guru, UKS dan Perpustakaan
²  Perlengkapan kantor dan fasilitas KBM yang cukup
²  Bahan-bahan pustaka yang cukup

²  Keadaan gedung yang cukup baik dan bersihLingkungan alam nyaman, bebas polusi, bising, ketakutan




²  Hubungan dengan masyarakat sekitar, pengurus MI, aparat desa baik
²  Lingkungan budaya yang religius



²  Adanya dana BOS yang cukup
²  Adanya sumber dana lain yang dikelola oleh madrasah
²  Adanya dana Bantuan Khusus Guru dari pemerintah pusat, Pemprov Jawa Tengah, dan Pemkab Kudus
²  Adanya donatur insidensil
²  Ada beberapa guru yang ingin melanjutkan studi ke S1
²  Ada guru yang mempunyai kewibawaan cukup tinggi




²  Ada kemitraan dengan MI yang lain dan SD di sekitar

²  Ada pembinaan dari Depag dan LP Maarif Kab. Kudus




²  Ada peluang untuk sertifikat tanah waqaf untuk MI
²  Ada peluang untuk menambah sarana pendukung pembelajaran





²  Mudah menggunakan lapangan olah raga sekitar Madrasah Ibtidaiyah
²  Dekat dengan lingkungan perumahan



²  Simpati masyarakat yang bertambah
²  Manajemen pengurus MI yang makin meningkat




²  Ada peluang sumbangan sukarela rutin dari siswa
²  Ada usaha untuk menambah dana dari sektor lain
²  Ada peluang sumber dana dari donatur tetap dan Pengurus MI
²  Ada guru yang apatis, kurang professional, tidak disiplin, dan tidak mempunyai kewibawaan






²  Adanya siswa yang kurang yang dapat mempengaruhi siswa lain
²  Adanya siswa yang mutasi ke SD apabila tidak naik kelas
²  Banyaknya siswa yang kurang umur yang berpengaruh pada proses pembelajaran

²  Rawan banjir dan rawan kehilangan
²  Lokasi yang dekat sungai dan pohon bambu rawan retak






²  Tidak adanya tenaga perawatan/ pemeliharaan
²  Kebanjiran, perilaku masyarakat yang tidak terpuji, pandangan yang negatif terhadap keberadaan MI

²  Adanya pengurus yang tidak memahami karakteristik madrasah ibtidaiyah
²  Adanya konflik internal dalam pengurus MI
²  Adanya konflik politik pada masyarakat sekitar

²  Dana BOS yang mungkin dihentikan
²  Mustahil meminta iuran bulanan siswa sebesar dana BOS jika dana BOS dihentikan
²  Anggapan orang tua murid bahwa BOS identik dengan sekolah gratis sehingga kesulitan mencari sumber dana yang lain



Tidak ada komentar:

Posting Komentar